Belajar Psikologi

Apa Alasan Psikologis Seseorang Suka Kucing?

Author Photo

Robi Maulana

· 4 min read
Thumbnail

Saya sama istri punya banyak perbedaan. Tapi ada satu yang buat saya agak sulit diterima: dia gak suka kucing. Dia ngerasa risih kalo ada kucing ngeliatin dia. Dia panik kalo kucing jalan ngedeketin dia, padahal ya si kucing juga bukan mau ngegangguin dia sih. Kegeeran. Sebaliknya, saya suka kucing. Terutama kucing-kucing di sekitaran warung makan dan kantin, yang kadang jinak gitu sama orang yang nggak dikenal. Asik aja ngejawil dagu mereka atau gelitik perut mereka. Saya kadang ditanya temen: Kenapa sih segitu sukanya sama kucing? Tentu aja jawabannya sederhana: karena kucing luvchu! Tapi sebenernya suka kucing punya dampak khusus buat psikologis kita. Dampaknya pun positif. Makanya saya sebagai #TimPembelaKucing hari ini akan mempromosikan kenapa kamu perlu suka sama kucing. Ini dibacking sama penelitian, jadi kamu gak bisa mengelak huahahaha!

1. Kucing Bisa Meningkatkan Rasa Well-being

Di psikologi ada istilah namanya well-being. Well being adalah rasa sehat dan tentram yang muncul dari dalem hati, perasaan nyaman yang kadang gak kebeli sama uang sekalipun. Well-being sendiri bisa dipengaruhi banyak hal. Nah, menurut sebuah penelitian psikologi, mereka yang melihara kucing memiliki kesehatan psikologis lebih baik dibandingkan mereka yang gak punya peliharaan.

Dalam kuesioner, mereka mengaku lebih hepi, lebih pede. Tidur mereka lebih nyenyak, lebih fokus, dan mereka bisa menghadapi masalah lebih kuat. Melihara kucing juga bagus buat anak. Sebuah survey menyebut anak-anak yang memelihara kucing cenderung memiliki kualitas hidup lebih baik. Semakin si anak akrab dengan kucingnya, mereka semakin merasa fit, berenergi, dan lebih fokus belajar. Tingkat kesedihan dan kesepiannya juga lebih rendah. Pokoknya sip lah. Kamu juga bisa memelihara kucing sebagai pengusir kekosongan hatimu. Malah, jomblo yang memelihara kucing jarang mengalami bad mood dibanding pasangan yang memelihara kucing. Apa harus pelihara dulu biar bisa hepi sama kucing? Nggak juga. Kucing yang dilihat di internet juga bisa bikin hepi kok. Orang yang nonton video kucing secara rutin merasa lebih jarang merasakan emosi negatif. Perasaan sedih, cemas, dan bad mood juga jarang muncul, yang ada cuma perasaan positif my friend.

2. Kucing bisa meredakan stres

Stres bisa datang dari banyak jalan, dan bisa dikurangi lewat banyak jalan pula. Kucing juga jadi salah satu cara efektif meredakan stres. Dalam satu penelitian, tim peneliti mengunjungi 120 pasangan yang udah nikah. Para responden ini diberi berbagai tes untuk menguji tingkat stres mereka. Terus juga, mereka nyari tau apakah mereka pelihara kucing apa nggak. Dari berbagai tugas yang diberikan, para pemilik kucing ditemukan lebih rendah stres. Tes yang diberikan pun dianggap sebagai tantangan, bukan masalah. Detak jantung dan tekanan darah mereka juga lebih rendah.

3. Kucing Membantu Kamu Menjalin Hubungan

Memelihara kucing membantu kamu menjalin hubungan sama orang lain. Kok bisa? Penelitian menemukan bahwa pemilik kucing punya sikap yang sensitif terhadap orang di sekitar, lebih percaya sama orang lain, dan lebih gampang suka sama orang lain. Eh iya, suka di sini bukan berarti naksir lo ya.

Bahkan orang yang suka ngeliatin video kucing akan merasa lebih kuat dan terhubung sama orang lain, dibanding mereka yang jarang liat atau nggak ngefollow akun kucing. Apa hubungannya sih kucing sama kehidupan sosial? Rose Perrine dari Eastern Kentucky University menulis bahwa perasaan positif dari hewan peliharaan akan menghangatkan kita dan membuat kita merasa baik. Pada akhirnya, perasaan positif ini bisa kita pake untuk berhubungan sama orang lain.

4. Kucing Membantu Kesehatan Kamu

Kok bisa ya kucing membantu menyehatkan tubuh kita? Men sana in corpore sano. Elu ke sana gue ke sono. Di balik tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Hal yang sama pun berlaku sebaliknya; orang yang merasa hepi secara jiwa akan sehat secara fisik juga.

Ini dibuktikan sama sebuah penelitian dari Universitas Pennsylvania. Penelitian ini mengamati dua lusin orang yang baru saja memelihara kucing. Mereka dikasi survey dua kali; survey pertama saat baru memelihara, dan survey berikutnya diberikan secara berkala selama 10 bulan. Setelah satu bulan terlewat, para pemelihara kucing ini merasa lebih jarang mengalami sakit kepala, dan sakit punggung. Dan kayak yang udah disebutin sebelumnya, orang yang memelihara kucing memiliki tekanan darah dan detak jantung yang lebih rendah. Jadi mengurangi resiko darah tinggi lah ya. Iya sih kucing juga bisa jadi sumber penyakit kayak rabies atau kutu, tapi ya kamu juga perlu ngevaksin dan mandiin kucing kamu kan.

Saya suka kucing, tapi nggak semaniak tante saya. Kalo tante saya mah kucingnya sampe dimandiin, makannya dibeliin yang mahal, minumnya air mineral, kalo kucingnya boker dicebokin pake tisu basah. Sampe sini kadang saya kepikiran; yang majikan sebenernya siapa sih?

Walaupun sepintas kayaknya nyusahin, kucing tidak hadir di hidup kamu hanya buat makan tidur dan boker. Kita ngedapetin rasa nyaman dari kelakuan mereka. Dengkur mereka saat dielus bisa meredakan emosi yang tinggi; bikin keresahan jadi sedikit terobati. Mungkin di antara dunia yang hiruk pikuk dan saling sikut, kita butuh sesosok makhluk yang tulus dan jujur. Sosok yang mendukung kamu, separah apapun bad mood dan stresnya kamu. Sosok yang ngerti kamu tanpa sepatah kata, menghibur kamu dengan cara yang sederhana. Kamu ada cerita apa sama kucing?

#kucing#belajar psikologi
Author Photo

About Robi Maulana

Penjaga integritas data yang masih jatuh cinta dengan ilmu psikologi. Menulis di sini adalah cara Robi memastikan cinta itu tetap bersemi.