Definisi dari Desensitisasi
Desensitisasi adalah sebuah teknik dalam terapi perilaku yang bertujuan untuk menurunkan kepekaan individu terhadap stimulus yang menimbulkan ketakutan, kecemasan, atau stres. Metode ini sering digunakan untuk membantu orang yang menderita fobia, kecemasan, atau trauma, di mana mereka secara bertahap dihadapkan pada situasi yang menakutkan dalam lingkungan yang aman dan terkendali, hingga respons emosional negatif mereka berkurang.
Definisi Desensitisasi menurut para ilmuwan
Menurut Wolpe (1958)
Joseph Wolpe, pengembang teknik Systematic Desensitisasi, mendefinisikan Desensitisasi sebagai proses pengondisian di mana seseorang secara bertahap dihadapkan pada stimulus yang memicu ketakutan atau kecemasan dengan tujuan mengurangi respons emosional tersebut melalui relaksasi dan paparan bertahap.
Menurut McSweeney dan Bierley (1984)
McSweeney dan Bierley dalam kajiannya menyatakan bahwa Desensitisasi terjadi ketika eksposur terus-menerus terhadap stimulus menyebabkan berkurangnya respons fisiologis dan emosional, yang pada akhirnya menimbulkan rasa kebiasaan atau ketidakpedulian.
Contoh kasus
Seorang pasien dengan fobia terhadap anjing mengalami kepanikan setiap kali melihat anjing, bahkan dari kejauhan. Dalam sesi terapi, pasien secara bertahap dihadapkan pada gambar anjing, kemudian suara anjing, hingga akhirnya dia bisa berada di dekat anjing secara fisik tanpa mengalami kepanikan berlebihan. Setelah beberapa kali paparan yang dikendalikan, pasien menunjukkan pengurangan respons ketakutan yang signifikan.
Istilah terkait
- Exposure Therapy (Terapi Paparan): Teknik terapi perilaku yang melibatkan paparan langsung dan bertahap terhadap stimulus yang menimbulkan kecemasan atau ketakutan.
- Systematic Desensitisasi (Desensitisasi Sistematis): Metode terapi yang menggabungkan relaksasi dan paparan bertahap terhadap stimulus yang memicu kecemasan.
- Habituation (Habituasi): Proses di mana respons emosional terhadap stimulus berkurang setelah eksposur yang berulang atau berkelanjutan.
FAQs mengenai Desensitisasi
Apa itu Desensitisasi?
Desensitisasi adalah proses di mana individu menjadi kurang responsif terhadap stimulus yang sebelumnya memicu reaksi emosional kuat, seperti ketakutan atau kecemasan.
Apa perbedaan antara Desensitisasi dan habituation?
Desensitisasi lebih spesifik digunakan dalam konteks terapi perilaku, sedangkan habituation adalah proses umum di mana respons emosional atau fisiologis terhadap stimulus berkurang seiring waktu melalui eksposur berulang.
Apa saja kondisi yang bisa ditangani dengan Desensitisasi?
Desensitisasi sering digunakan untuk mengatasi fobia, kecemasan sosial, PTSD, dan respons emosional negatif terhadap trauma atau pengalaman menakutkan.
Bagaimana Desensitisasi bekerja?
Proses ini melibatkan paparan bertahap terhadap stimulus yang menakutkan dalam kondisi yang terkontrol dan aman, yang pada akhirnya mengurangi respons emosional negatif secara perlahan.
Apakah Desensitisasi selalu berhasil?
Efektivitas Desensitisasi bervariasi tergantung pada individu, namun banyak penelitian menunjukkan bahwa metode ini efektif dalam mengurangi kecemasan dan fobia pada banyak orang.
Apakah Desensitisasi dapat menyebabkan kebal terhadap rasa takut?
Tidak, Desensitisasi bertujuan untuk membantu mengelola dan mengurangi respons berlebihan terhadap ketakutan, bukan menghilangkan rasa takut sepenuhnya, karena rasa takut yang sehat adalah reaksi normal terhadap ancaman yang nyata.
Seberapa lama proses Desensitisasi berlangsung?
Lama proses Desensitisasi dapat bervariasi tergantung pada tingkat kecemasan atau ketakutan seseorang dan kompleksitas stimulus yang dihadapi, tetapi biasanya memerlukan beberapa sesi terapi.
Apa saja metode yang digunakan dalam Desensitisasi?
Metode yang paling umum adalah Systematic Desensitisasi, yang melibatkan paparan bertahap terhadap stimulus yang memicu kecemasan, serta penggunaan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau visualisasi.
Apakah Desensitisasi bisa digunakan untuk trauma berat?
Ya, Desensitisasi sering digunakan dalam terapi PTSD dan trauma lainnya, tetapi harus dilakukan di bawah pengawasan seorang terapis yang berpengalaman untuk memastikan paparan dilakukan dengan aman.
Bagaimana Desensitisasi mempengaruhi sistem saraf?
Desensitisasi bekerja dengan cara mengurangi aktivasi berlebihan dari sistem saraf simpatis, yang biasanya terjadi selama respons kecemasan, sehingga mengurangi reaksi “fight or flight” ketika dihadapkan pada stimulus yang menakutkan.
Referensi Desensitisasi
- Wolpe, J. (1958). Psychotherapy by Reciprocal Inhibition. Stanford University Press.
- McSweeney, F. K., & Bierley, C. (1984). Recent developments in classical conditioning. Psychological Bulletin, 95(4), 563-577.
- Marks, I. M. (1987). Fears, Phobias, and Rituals: Panic, Anxiety, and Their Disorders. Oxford University Press.
- Rachman, S. (1997). The evolution of cognitive behaviour therapy. Advances in Behaviour Research and Therapy, 19(2), 105-124.
- Davey, G. C. L. (1992). Classical conditioning and the acquisition of human fears and phobias: A review and synthesis of the literature. Advances in Behaviour Research and Therapy, 14(1), 29-66.
- Öst, L.-G. (1989). One-session treatment for specific phobias. Behaviour Research and Therapy, 27(1), 1-7.
- Foa, E. B., & Kozak, M. J. (1986). Emotional processing of fear: Exposure to corrective information. Psychological Bulletin, 99(1), 20-35.
- Bouton, M. E. (2007). Learning and Behavior: A Contemporary Synthesis. Sinauer Associates.
- Craske, M. G. (1999). Anxiety Disorders: Psychological Approaches to Theory and Treatment. Westview Press.
- Clark, D. M. (1999). Anxiety Disorders: Why They Persist and How to Treat Them. Behavior Research and Therapy, 37(Suppl 1), 5-27.