Definisi Prokrastinasi Akademik
Ah! Sudah tiga tahun saya menunda menulis prokrastinasi akademik waw.
Selain karena males, juga karena prokrastinasi ini adalah judul pasaran. Saya pikir artikel ini nggak perlu dirilis karena referensinya udah melimpah ruah.
Tapi berhubung yang mau meneliti tentang ini pun masih banyak, maka saya luluh dan berubah pikiran.
Kali ini kita akan bahas prokrastinasi akademik yes. Definisinya, faktor pembentuk, ciri-ciri, dan skala yang sudah beredar.
Tapi inget, sebagian definisi dan teori di artikel ini udah saya ringkas. Artikel cuma buat membantu kamu lebih paham tentang variabel. Sisanya cari sendiri di jurnal yang udah saya sematkan linknya.
Siap?
Pengertian Prokrastinasi Akademik Menurut Para Ahli
Prokrastinasi akademik itu sebenernya apa sih?
Prokrastinasi akademik adalah tidak mengerjakan atau menunda mengerjakan tugas, yang berakibat tugas itu nggak selesai tepat waktu, atau dikerjakan mepet deadline (disadur dari Soloman & Rothblum, 1998).
Steel menyebut prokrastinasi sebagai bentuk regulasi diri yang gagal, karena seseorang secara sadar menunda mengerjakan sesuatu walaupun tau semakin ditunda akan semakin menyusahkan. (Steel, 2007, p. 66)
Glenn (dalam Tondok, 2008) menulis prokrastinasi sebagai penghindaran dan pengabaian suatu masalah, yang proses penghindarannya justru lebih banyak mendatangkan kecemasan.
Senecal dkk (2005) menyebut prokrastinasi akademik sebagai keinginan dan keharusan mengerjakan tugas akademik tapi gagal melakukannya dalam tenggat waktu yang ditentukan.
Kadang, untuk menghindari rasa bersalah, prokrastinator ngasih banyak alasan. Hal ini dikatakan Ellis dan Knaus (dalam Yong, 2010). Ellis dan Knaus mengatakan bahwa prokrastinator menghindari pekerjaan dengan berbagai alasan. Alasan ini, seperti yang kita semua pernah alami, adalah pembenaran untuk menghindari rasa bersalah.
Ada banyak definisi lain seperti dari Ferrari dan Solomon dan Rothblum. Tapi supaya mempersingkat, kita batasi definisi prokrastinasi jadi seperti ini:
Prokrastinasi akademik adalah perbuatan menunda mengerjakan tugas dan tanggung jawab akademik, sengaja atau nggak, dan berujung pada tugas tidak terselesaikan atau selesai tapi nggak maksimal.
Apa saja aktivitas prokrastinasi akademik yang sering dilakukan?
Menurut Solomon dan Rothblum (2005) tugas akademik yang biasa ditunda antara lain:
a. Mengarang, alias menunda tugas yang terkait tulis menulis. Misalnya menulis makalah, karya ilmiah, atau tugas mengarang lainnya*.*
b. Belajar untuk menghadapi ujian. Jadi menunda belajar menjelang ujian, misalnya kayak UTS, UAS, ulangan formatif, merupakan penundaan belajar untuk menghadapi ujian, misalnya UTS dan UAS (Ujian Tengah dan Akhir Semester), atau ulangan mingguan, sampai ujian akhir kelulusan (ujian skripsi).
c. Membaca; jadi penundaan untuk membaca buku atau referensi terkait tugas akedemik.
d. Kinerja administratif,alias menunda mencatat, menyalin catatan, mengisi daftar hadir di kelas, atau daftar hadir praktikum.
e. Menghadiri pertemuan akademik/ mengikuti pembelajaran di kelas,kayak sengaja dateng telat ke sekolah/kampus, berlama-lama di toilet biar masuk kelasnya agak lamaan, dan lain sebagainya.
f. Kinerja akademik secara keseluruhan, alias menunda mengerjakan tugas-tugas akademik secara keseluruhan.
Siapa yang sering prokrastinasi akademik?
Terus, siapa yang sering melakukan prokrastinasi akademik?
Wesley (1994) menyebut bahwa prokrastinator biasanya adalah siswa yang nilainya berada di rata-rata bawah dan yang memiliki nilai kurang bagus di tes inteligensi.
Tucker-Ladd (2006) membagi para prokrastinator menjadi dua: yang beneran santai sama yang cemas. Kalo yang santai, dia menunda karena dia ngerasa kerja atau tugas itu nggak enak; maka dia menunda supaya terhindar dari nggak enak itu. Kalo yang tipe cemas, dia menunda tapi dia sadar kalo tugas ini penting. Penundaan itu terjadi karena takut gagal. Dan proses menunda ini bikin dia terbayang-bayang.
Sapadin dan Maguire (1997) membagi prokrastinator jadi beberapa tipe. Yang pertama adalah perfeksionis; nggak mau melakukan sesuatu kalo gak sempurna, pemimpi; punya banyak ide tapi benci praktiknya, si pencemas; yang udah sadar kalo menunda itu buruk tapi mengerjakannya bakalan lebih buruk lagi, si pembangkang; yang menolak melakukan sesuatu kalo disuruh orang, pembuat krisis; membuat-buat masalah dalam mengerjakan tugas, dan si berlebihan; yang mengerjakan tugas dengan detail berlebihan.
Aspek-aspek/Ciri-ciri prokrastinasi akademik?
Millgram (dalam Ferrari, 1995) menyebut bahwa tindakan disebut prokrastinasi kalau:
- Kamu menunda memulai atau menyelesaikan pekerjaan
- Tugas nggak selesai atau selesai tapi nggak on time,
- Tugas yang ditunda ini tugas penting,
- Penundaan ini membuatmu cemas dan merasa bersalah.
Sementara menurut Burka & Yuen (2008), ciri-ciri seorang pelaku prokrastinasi antara lain:
- Lebih suka untuk menunda pekerjaan atau tugas-tugasnya.
- Berpendapat lebih baik mengerjakan nanti daripada sekarang.
- Berpendapat bahwa menunda pekerjaan adalah bukan suatu masalah.
- Terus mengulang perilaku prokrastinasi.
- Punya kesulitan dalam mengambil keputusan.
Ferrari, dkk., (1995, dalam Ghufron, 2010) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam beberapa indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya.
Indikator tersebut dikelompokkan menjadi empat aspek, yaitu :
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas
Prokrastinator tahu bahwa tugas harus segera diselesaikan tugas ini penting, tapi tetep ditunda untuk memulai. Kalaupun sudah dimulai, proses pengerjaannya tersendat-sendat.
b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas
Keterlambatan mengerjakan tugas terjadi karena prokrastinator butuh waktu lama untuk mengerjakan tugas.
Pelaku prokrastinasi akademik menggunakan waktu yang ada untuk mempersiapkan diri secara berlebiban, melakukan hal-hal yang nggak penting, dan nggak fokus dalam pengerjaannya.
Ini membuat tugas jadi lama selesai.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
Ciri-ciri berikutnya adalah planning dan prakteknya beda jauh. Misalnya gini. Kamu menargetkan minggu ini kamu udah dapet judul. Tapi karena selalu menunda-nunda, akhirnya target seminggu ini melar jadi dua minggu.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan
Mahasiswa prokrastinator cenderung dengan sengaja tidak segera menyelesaikan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran majalah, atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikannya.
Kalo kamu bingung tentang cara membuat aspek menjadi indikator, kamu boleh request di komen, kalo banyak mungkin saya akan buat artikel tentang cara membuat indikator penelitian.
Apa faktor penyebab prokrastinasi akademik?
Ferrari (dalam Ghufron, 2003)
Ferrari (dalam Ghufron, 2003) menyebut ada tiga faktor internal individu yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Tiga faktor ini adalah kondisi kodrati, psikologis dan kondisi fisik individu.
1. Kondisi kodrati, adalah merupakan faktor alamiah kita sebagai manusia. Terdiri dari jenis kelamin, umur, dan urutan kelahiran.
2. Kondisi psikologis, kondisi psikologis individu ini sebagaimana dikemukakan oleh Ferrari (dalam Ghufron, 2003), menyebutkan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh adanya keyakinan yang tidak rasional dan perfeksionisme. Trait kepribadian yang dimiliki individu turut mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi, misalnya hubungan kemampuan sosial dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.
3. Kondisi fisiologis,kondisi fisik yang dapat menyebabkan perilaku prokrastinasi adalah kondisi kesehatan. Sebagaimana dijelaskan Ferrari (dalam Ghufron, 2003), bahwa kondisi kesehatan seseorang akan menentukan tingkat prokrastinasinya. Kemudian kondisi fisiologis lainnya adalah kelelahan (Wulan, 2000). Jadi, orang yang kurang fit/sehat, ternasuk juga mengalami kelelahan, akan cenderung malas beraktivitas dan menjadikan kesehatannya sebagai alasan untuk menunda-nunda
pekerjaan.
Balkis dan Duru (2007)
Balkis dan Duru (dalam Alghamdi, 2015), menyebut bahwa beberapa kemungkinan penyebab prokrastinasi adalah pengelolaan waktu yang buruk, perasaan kewalahan, kurangnya motivasi, kurangnya kemampuan mengorganisir, susah konsentrasi, takut gagal, menganggap remeh kemampuan sendiri, masalah pribadi, ekspektasi berlebihan, dan perfeksionis.
Variabel lain yang berkorelasi dengan prokrastinasi termasuk keyakinan irasional, gaya atribusi eksternal, dan keyakinan berkaitan dengan waktu.
Keyakinan irasional itu bisa berarti bahwa tugas yang dikerjakan itu kelewat berat atau sebaliknya, kelewat ringan. Jika dianggap terlalu berat, maka ditunda-tunda terus karena dari awal sudah yakin pasti nggak bisa mengerjakan. Kalo kelewat ringan, maka ditunda-tunda terus karena dikerjakan sebentar juga udah beres.
Gaya atribusi eksternal maksudnya adalah tugas/kerjaan itu nggak bakal selesai kalo nggak dibantu orang. Jadi kalo mengerjakan sendiri, pasti nggak bisa. Akhirnya ditunda.
Keyakinan terhadap waktu bisa berarti seseorang terlalu yakin kalo pasti selalu ada waktu luang. Atau tugas itu pasti beres dalam sejam dua jam. Atau besok pasti masih sempat.
Grunschel (2012)
Grunschel (2012) mewawancara 36 mahasiswa di sebuah institut di Jerman untuk mengetahui alasan dan akibat melakukan prokrastinasi. Kelompok mahasiswa ini dibagi dua; konseling (mengaku sering prokrastinasi dan mau berubah) dan non konseling (kelompok kontrol).
Berhubung ini pake wawancara, dan mahasiswa bebas menyebutkan alasannya, maka alasan ini nggak tergeneralisir; sehingga peneliti membuat 11 kategori utama dan 49 subkategori di bawahnya.
Penjelasan di jurnal itu panjang banget, tapi intinya adalah:
- Faktor internal
- Afektif
- Kecemasan, nggak yakin bisa
- Rasa nggak puas
- Frustrasi
- Merasa tertekan
- Kewalahan sama tugas yang kebanyakan
- Muak sama materinya, nggak mau lagi
- Kondisi fisik dan mental
- Capek fisik dan mental
- Sakit
- Kognitif
- Ruminasi (mikir berlebihan)
- Keyakinan pribadi
- Aku bekerja lebih baik di bawah tekanan
- Ntar pasti ada jalannya
- Tugas harus sempurna
- Hidup harus seimbang, jangan belajar terus
- Aku gak bisa melakukan sesuai harapan
- Kepribadian si mahasiswa
- Keyakinan diri yang buruk
- Pemalas
- Kecakapan
- Kurang mampu mind mapping apa yang dipelajari
- Kurang pengetahuan
- Kurang bisa mengorganisir
- Kurang bisa fokus
- Pengalaman mempelajari/belajar dengan dosen itu
- Avoidance
- Pengalaman negatif
- Perilaku belajar
- Karakteristik tugas menurut mahasiswa
- Aversif
- Ribet
- Susah
- Nggak urgent
- Nggak menarik
- Makan banyak waktu
- Panjang
- Nggak spesifik disuruh apa sama dosennya
- Penting
- Aktivitas lain ada yang lebih seru
- Afektif
- Faktor eksternal
- Kondisi belajar siswa
- High load (Sudah terlalu banyak kegiatan selain belajar)
- Masalah dalam kelompok
- Nggak punya teman diskusi
- Karakter dosen
- Terlalu santai (deadline longgar, dosen terlalu fleksibel)
- Disorganized (dosen jarang masuk, memberi materi terlalu cepat)
- Terlalu menuntut
- Dosen kurang bisa memberi perhatian khusus
- Dosen kurang bisa menjelaskan materi yang rumit
- Nggak mau berkompromi
- Nggak mau mengerti kondisi mahasiswa
- Kondisi perkuliahan
- Terlalu banyak diberi ujian
- Jadwal kuliah yang berantakan
- Bahan bacaan yang diberikan kurang
- Perpustakaan kurang kondusif
- Nggak ada orang yang bisa dihubungi terkait kebutuhan kuliah
- Kontrol terhadap materi dan kelas terlalu dilimpahkan ke mahasiswa
- Kondisi belajar siswa
Apa akibat dari prokrastinasi akademik?
Kesejahteraan psikologisnya terganggu
Ada nggak sih akibat dari prokrastinasi?
Secara psikologis, kesejahteraan psikologis pasti terganggu. Sarirah (2016) menyebut bahwa ada pengaruh antara prokrastinasi dengan kesejahteraan psikologis. Ini juga diperkuat sama penelitian Pychyl, dkk. (2002) yang bilang bahwa prokrastinator cenderung mengalami masalah emosional. Misalnya cemas, takut gagal, dan lain sebagainya.
Grunschel (2012) dalam wawancaranya pada sekelompok mahasiswa, menyebut bahwa sebagian mahasiswa mengalami tekanan terhadap waktu, ada yang berkeringat dingin, ada juga yang merasa cemas.
Yang menarik, dampak prokrastinasi bisa berbeda tergantung persepsi mahasiswa terhadap tugas yang ditunda, dan tergantung pada keyakinan mahasiswa bisa ngerjain atau nggak.
Sebagian besar mahasiswi, yang merasa mereka bekerja lebih baik di bawah tekanan, merasa kalo prokrastinasi gak berdampak apa-apa. Tapi satu mahasiswi mengakui pernah mengerjakan tugas tanpa istirahat selama tiga hari berturut-turut.
Di antara dua kelompok yang diwawancara, kelompok konseling mengaku prokrastinasi punya dampak fisik: berkeringat, jatuh sakit, bahkan sampe berpikir nggak mau melanjutkan kuliah. Kelompok non konseling mengakui bahwa mengerjakan tugas adalah konsekuensi positif dari menunda-nunda.
Mungkin dampak fisik dan psikis prokrastinasi bisa berbeda bergantung dari alasan dan intensitas prokrastinasi pada masing-masing orang. Coba aja teliti pake jurnalnya Grunschel ini.
Nilainya cenderung lebih rendah
Tani (2017) melakukan penelitian terkait efek prokrastinasi pada siswa yang melakukan sebuah program pendidikan ICT.
Penelitian ini melihat hubungan antara waktu pengiriman tugas dengan nilai tugas. Hasilnya, ternyata siswa yang mengumpulkan tugas lebih awal justru nilainya malah lebih bagus dibanding yang telat mengumpulkan.
Variabel Terkait Prokrastinasi
Berikut ini adalah beberapa variabel prediktor prokrastinasi yang pernah diteliti.
Task aversiveness
Penelitian dari Premadyasari (2012) menyebut bahwa task aversiveness berkorelasi positif dengan prokrastinasi. Semakin tinggi persepsi subyek terhadap tidak menyenangkannya suatu tugas, semakin tinggi juga kemungkinan seseorang menunda mengerjakan tugas.
(Anyway kalo mau pembahasan tentang task aversiveness silakan request di komen ya.)
Efikasi diri
Ormrod (2009) bilang bahwa individu dengan efikasi diri akademik rendah akan bersikap ogah-ogahan dan gampang menyerah ketika menghadapi tantangan. Nilainya juga lebih rendah.
Dalam penelitian dari Pratiwi dan Sawitri (2015) ditemukan ada hubungan yang negatif dan signifikan antara efikasi diri akademik dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Dian Nuswantoro.
Artinya, semakin yakin dia bisa, semakin kecil kemungkinannya untuk menunda kerjaan. Sebaliknya, semakin minder dia terhadap pelajaran, semakin besar kemungkinannya menunda mengerjakan tugas terkait pelajaran itu.
Efikasi diri pernah saya tulis di sini lo.
Locus of control
Sari dan Fakhruddiana (2019) menyebut ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara lokus kendali dengan prokrastinasi. Semakin rendah lokus kendali internalnya, semakin tinggi penundaan mengerjakan skripsinya.
Semakin dia ngerasa nggak bisa ngerjain skripsi sendiri, semakin dia enggan bimbingan sama dosbing. Semakin sering juga dia ngebukain youtube atau mainan instagram saat lagi ngetik skripsi.
Hayooo kayak siapa ituuuu hahahaha~
Ini juga berdampak pada persepsi dukungan sosial mahasiswa terhadap penyelesaian skripsi. Artinya gini: semakin tinggi kebutuhan seseorang untuk didukung dan ditemenin, semakin tinggi kemungkinannya buat menunda ngerjain tugas. Semakin rendah kebutuhannya, alias kalo ngerjain tanpa ada temen juga nggak apa-apa, maka kemungkinan menundanya semakin kecil.
Lokus kendali pernah saya bahas di kamus psikologi dan di sini.
Konformitas
Konformitas bahasa gampangnya adalah mengerjakan atau nggak mengerjakan sesuatu karena ikut-ikutan.
Gafni dan Geri (2010) mengemukakan bahwa siswa cenderung lebih menunda tugas individu dibanding dengan tugas kelompok.
Mujidin (2014) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa di antara berbagai faktor yang menyebabkan mahasiswa menunda ngerjain tugas, di antaranya adalah ada temen yang juga menunda mengerjakan.
Di sisi lain, ketika mahasiswa terbiasa mengerjakan tugas barengan temen-temen, saat harus mengerjakan sendiri dia merasa kayak gak punya temen sejawat dan sejiwa.
Dalam penelitian yang dilakukan Cinthia dan Kustanti (2017) ditemukan bahwa semakin tinggi konformitas yang dimiliki mahasiswa maka maka semakin tinggi pula prokrastinasi akademiknya mahasiswa, sebaliknya semakin rendah konformitas yang dimiliki maka semakin rendah pula prokrastinasinya.
Self-compassion
Self-compassion, menurut Germer (2009), adalah bentuk penerimaan diri saat mengalami peristiwa yang memicu emosi dan pikiran. Misalnya saat mengalami hal buruk atau mengalami ujian, dia menguatkan diri dan nggak menyalahkan diri sendiri.
Dalam penelitian, ditemukan bahwa semakin tinggi self-compassion pada seseorang, maka semakin jarang dia menunda kerjaan, sebaliknya semakin rendah self-compassion maka semakin tinggi kemungkinan dia menunda-nunda bikin tugas.
Self-regulated learning
Wolters (dalam Klassen dkk, 2008), menggali hubungan antara prokrastinasi dengan selfregulated learning. Dalam penelitiannya, ternyata self-regulated learning adalah salah satu prediktor kuat prokrastinasi akademik.
Seorang siswa yang memiliki self-regulated learning tinggi cenderung nggak akan melakukan prokrastinasi akademik.
Ini karena, siswa memiliki *self-regulated learning-*nya tinggi berarti dia secara mandiri bisa mengontrol dirinya untuk belajar. Dia juga bisa melawan males, enggan, dan ketidaktahuan untuk mencapai tujuan belajarnya. Artinya, kalo bisa melawan males, kemungkinan menunda semakin kecil.
Self-esteem
Dalam penelitian yang dilakukan Beswick (1988), ditemukan berbagai faktor yang berhubungan dengan seseorang yang prokrastinasi. Faktor tersebut salah satunya low self-esteem (Jannis & Mann, 1977; Ellis & Knaus, 1977; Burka & Yuen, 1983).
Ketika seseorang menilai harga dirinya terlalu rendah, maka dia merasa nggak berharga. Ketidakbisaan akan membuat dia semakin hancur, dan dia berusaha melindungi self esteem dengan cara melakukan prokrastinasi.
Fear of failure
Penelitian yang dilakukan Sebastian (2013) ditemukan adanya hubungan positif antara kedua variabel yang diuji yaitu fear of failure dan prokrastinasi akademik*.*
Seseorang yang rasa takut gagalnya tinggi cenderung menganggap tugasnya tidak menyenangkan dan menyebabkan ia mudah teralihkan oleh hal lain sehingga melakukan prokrastinasi.
Motivasi berkompetisi
Darley (1998) menyatakan bahwa kompetisi bisa menjadi sumber motivasi dalam meningkatkan prestasi di sekolah. Kompetisi terhadap diri sendiri atau teman membuat siswa ingin mengalahkan prestasi temannya dan selalu membandingkan dengan prestasi yang telah dicapai teman-temannya.
Dan, motivasi untuk berkompetisi bisa mengalahkan prokrastinasi. Semakin tinggi motivasi seseorang untuk berkompetisi dalam prestasi, maka semakin rendah prokrastinasinya. Ini ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Komara dan Setyawan (2014), yang menemukan ada hubungan negatif antara motivasi berkompetisi dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMA Negeri 1 Salatiga.
Kontrol Diri
Hasil Penelitian dari Purwanti dan Lestari (2016) menunjukkan ada pengaruh antara kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sungai Ambawang.
Sedangkan besarnya pengaruh kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik sebesar 50%. Artinya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah prokrastinasi akademik, sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi prokrastinasi akademiknya.
Regulasi Diri
Penelitian yang dilakukan Ardina dan Wulan menemukan bahwa ada pengaruh yang signifkan antara regulasi diri terhadap prokrastinasi akademik. Pengaruh yang dihasilkan bersifat negatif. Hal ini menunjukan semakin tinggi regulasi diri, maka akan berdampak terhadap menurunnya prokrastinasi akademik.
Adversity Quotient
Adversity Quotient adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam merespon masalah atau kesulitan dalam kehidupannya.
Adversity quotient berakar pada bagaimana individu merasakan dan menghubungkan tantangan-tantangan. Kecerdasan dalam menghadapi kesulitan memiliki tiga bentuk, yaitu kecerdasan untuk membangun kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan, sebagai suatu ukuran untuk mengetaui respon terhadap kesulitan, dan serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan.
Nah dalam penelitian yang dilakukan oleh Sanusi dkk (2014), ditemukan ada hubungan negatif antara adversity quotient dengan prokrastinasi akademik .
Artinya, semakin tinggi adversity quotient, akan semakin rendah prokrastinasi akademiknya. Sebaliknya, semakin rendah adversity quotient, semakin tinggi prokrastinasi akademiknya.
Kecerdasan Spiritual
Hasil uji korelasi dari Liling dkk (2013) menunjukkan adanya hubungan negatif antara kecerdasan spiritual dengan prokrastinasi pada subjek penelitian.
Semakin tinggi kecerdasan spiritual mahasiswa, semakin rendah prokrastinasinya dan sebaliknya. Mahasiswa dengan kecerdasan spiritual tinggi cenderung menghindari prokrastinasi. Soalnya, mereka tau kalo prokrastinasi merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Penyesuaian Diri
Ardiansyah dan Indrawati (2010) menemukan bahwa ada hubungan yang negatif antara penyesuaian diri dengan prokrastinasi akademik. Artinya, semakin tinggi penyesuaian diri maka semakin rendah prokrastinasi akademik. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan menyesuaikan diri, maka semakin tinggi prokrastinasi akademik.
Kecemasan
Hasil penelitian dari Siaputra dan Natalya (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kecemasan dan prokrastinasi akademik. Terbukti pada kelompok eksperimen, seseorang yang cemas lebih memilih untuk segera mengerjakannya, sedangkan pada kelompok kontrol terbukti seseorang yang cemas lebih memilih untuk melakukan penundaan.
Skala Terkait Prokrastinasi
Saya belum nemu skala prokrastinasi akademik yang baku. Adanya buatan mahasiswa atau peneliti, yang kemudian dijadiin skripsi atau jurnal. Beberapa di antaranya bisa kamu liat di sini:
Hubungan Antara Konformitas Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa
Liat aja ke bagian lampiran, sama cek bab 3-4nya.
Potensi Penelitian Prokrastinasi Akademik
Kekurangan prokrastinasi akademik adalah penelitian ini udah TERLALU SERING dilakukan.
Meskipun nama variabelnya terdengar unik, tapi prokrastinasi hampir selalu muncul di tiap semester di tiap kampus.
Karena terlalu sering, makanya para dosen menolak menerima prokrastinasi.
Prokrastinasi akademik mungkin masih bisa “tertolong” bila subyekmu benar-benar unik, atau variabel pendampingnya jarang diteliti.
Silakan aja kembangkan dari variabel-variabel terkait yang udah saya sebut tadi. Di tiap judul ada link ke jurnal. Bahasa Indonesia kok itu. Lihat aja ke bagian kesimpulan dan saran, terus gunakan sarannya untuk mengembangkan penelitian terbaru terkait prokrastinasi.
Nah, variabel pendampingnya enaknya apa? Saya udah menyebarkan beberapa di artikel ini. Cari sendiri yang menarik buat kamu. Hehehe~
Nah! Itu dia penjelasan seputar prokrastinasi akademik, definisinya, ciri-cirinya, dan contoh skalanya. Semoga membantu yes!